GM – Kota Gorontalo – Tiga bulan berturut-turut, Nilai Tukar Petani (NTP) di Gorontalo mengalami penurunan. Sebagai daerah dengan penopang utama ekonominya pertanian, semestinya sektor ekonomi satu ini, dari waktu ke waktu terus meningkat. Pasalnya fluktuasi di sektor pertanian menjadi protret kemampuan daya beli masyarakat petani, sekaligus menggambarkan tingkat kesejahteraan mereka.
Salah satu cara untuk mengukur kesejahteraan dan daya beli petani di Gorontalo adalah dengan Nilai Tukar Petani. Jika Nilai NTP lebih besar dari 100 dan terus meningkat, itu bearti tingkat kesejahteraan dan daya beli petani juga terus meningkat. Begitu juga sebaliknya.
Nilai Tukar Petani terbentuk dari selisih biaya yang dikeluarkan petani, dibandingkan biaya yang diterima petani. Atau bisa dibilang selisih atau perbandingan modal dan yang diterima petani.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo mencatat, tiga bulan terakhir, sejak Juli – September ini, nilai NTP di Provinsi Gorontalo terus merosot turun. Meskipun nilainya masih di atas 100, yang menandakan tingkat kesejahteraannya. Maksudnya petani dibilang sejahtera jika NTP petani secara umum masih di atas 100.
“Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami penurunan seperti pada dua bulan sebelumnya (Juli, Agustus, Red). Ada tren menurun di tiga bulan terakhir, dan saat ini (September, Red) berada pada posisi 102,86,” ungkap Kepala BPS Provinsi Gorontalo, Mukhamad Mukhanif.

Kondisi NTP yang terus merosot itu menunjukkan, tingkat kesejahteraan dan daya beli para petani juga mengalami penurunan. Besarnya biaya yang diterima petani, lebih rendah dari pada biaya yang dikeluarkan petani. Berdasar survai yang telah dilakukan, hal itu dibenarkan Mukhamad Mukhanif.
“Untuk usaha pertanian, di akhir-akhir ini, mereka membutuhkan biaya lebih banyak untuk operasionalnya,” ujar Hanief.
Kebijakan pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) cukup berpengaruh besar pada sektor pertanian. Terkait dengan meningkatnya biaya transportasi yang dikeluarkan petani.
Berdasarkan data BPS Provinsi Gorontalo, selama Agustus – September tahun ini, besarnya pengeluaran petani untuk transportasi dan komunikasi naik sebesar 11,68 persen. Sementara untuk bibit sebesar 0,25 persen, pupuk dan pestisida 0,18 persen.(*as)