GM – Kota Gorontalo – Mulai Oktober 2022, Badan Pusat Stastik (BPS) Provinsi Gorontalo, tidak lagi menyajikan infasi/deflasi bulanan (q to q), sebagai narasi utama dalam publikasi pergerakan harga komoditi di suatu daerah. Kini inflasi/deflasi tahunan atau year on year (y on y), menjadi narasi utama.
“Hal itu mengikuti yang disampaikan atau disajikan oleh negara-negara lain, atau organisasi statistik di negara lain,” ungkap Mukhamad Mukhanif.
Berdasar data yang dihimpun Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo, Indeks Harga Konsumen (IHK) Oktober 2022 di Kota Gorontalo, meningkat dibandingkan periode yang sama 2021. Tercatat IHK Oktober 2022 senilai 111,94, lebih tinggi dibanding Oktober 2021 yang tercatat senilai 106,52. Peningkatan IHK itu, menyebabkan terjadinya inflasi di Kota Gorontalo dalam satu tahun terakhir.
“Inflasi year on year di Kota Gorotalo senilai 5,09 persen, lebih rendah dari inflasi nasional yang tadi (Selasa, 01/11, Red) dipublikasikan, senilai 5,71 persen,” ujar Hanief.

Seiring dengan naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM), Bensin menjadi komoditas penyumbang terbesar terhadap inflasi, senilai 0,9577 persen. Lebih tinggi dari inflasi pada angkutan udara sebesar 0,4281 persen, dan rokok kretek filter yang tercatat senilai 0,3797 persen.
Sementara itu, cabai rawit yang biasanya sangat berpegaruh pada laju inflasi, satu tahun terakhir ini inflasinya senilai 0,1257 persen. Sedangkan komoditi yang mengalami deflasi tertinggi adalah daging ayam ras, senilai minus 0,0806 persen.
Dibandingkan dengan beberapa kota besar di Sulawesi, Inflasi yang terjadi di Kota Gorontalo merupakan inflasi terendah ketiga setelah Bulukumba dan Manado. Di mana inflasi masing-masing sebesar 4,70 persen, dan 4,65 persen.(*as)