GM – Kota Gorontalo – Satu dollar Amerika, 24 Oktober 2022 siang, seharga Rp15,567.05, lebih rendah dibanding harga satu hari sebelumnya Rp15,633.00. Namun nilai tukar tersebut jauh lebih tinggi dibanding 24 September 2022. di mana saat itu tercatat seharga Rp15,112.10.
Menurut Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Gorontalo, depresiasi nilai tukar rupiah terpantau belum berdampak terhadap perekonomian. Pertumbuhan ekonomi Gorontalo diperkirakan masih on track dan solid. Meski di sisi lain terdapat peningkatan risiko tekanan inflasi akibat kenaikan BBM subsidi.
Depresiasi nilai tukar rupiah berisiko meningkatkan tekanan inflasi lebih lanjut, khususnya melalui imported commodity. Sebagai contoh, Indonesia sangat bergantung dengan impor kedelai, depresiasi nilai tukar rupiah secara relatif terhadap dollar AS, akan membuat harga kedelai lebih mahal. Padahal kedelai sangat berperan penting untuk kebutuhan pangan sehari-hari. Bahkan, kedelai juga merupakan salah satu bahan pakan ternak. Sehingga dapat merembet ke kenaikan harga pakan ternak, dan akhirnya ke komoditas lain seperti ayam ras atau telur ayam.
Komoditas lain yang diimpor seperti gandum atau tepung terigu, dengan depresiasi nilai tukar rupiah akan membuat komoditas tersebut relatif lebih mahal. Sehingga akan berdampak pada produk turunannya seperti mie, tepung, roti, dsb.

Sampai saat ini, berbagai indikator menunjukkan perekonomian Gorontalo masih dalam koridornya, antara lain, pertama, Kinerja pembiayaan perbankan yang membaik. Terpantau dari kinerja pertumbuhan kredit pada Quarta ketiga (Q3) tahun 2022 sebesar 12% (YoY), lebih baik dari Quartal kedua (Q2) tahun ini yang tercatat 9,69% (YoY). Sedangkan quartal pertama (Q1) senilai 88% (YoY). Baik Kredit Konsumsi, Kredit Investasi, dan Kredit Modal Kerja mengalami pertumbuhan positif.
Kedua, Keyakinan Masyarakat yang masih terjaga. Tercermin dari Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), yang masih optimis di atas 100 pada Survei Konsumen edisi September 2022.
Ketiga, Kinerja Lapangan Usaha (LU) utama seperti Lapangan Usaha Pertanian, Perdagangan Besar dan Eceran, dan Transportasi, masih menunjukkan perkembangan yang positif.
Bank Indonesia terus mencermati perkembangan pasokan valas, dan memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya. Hal tersebut untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi.
Cadangan devisa hingga akhir September 2022 sebesar 130,8 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 5,9 bulan impor atau 5,7 bulan impor, dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah di atas standar kecukupan internasional, sekitar 3 bulan impor.(*as)