GM – Kota Gorontalo – Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Gorontalo, menyelenggarakan Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi Gorontalo dalam tajuk “Outlook 2023 dan Tinjauan Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru”. Tujuannya untuk menyampaikan kilas balik perekonomian Gorontalo di tahun 2022 serta prospek ekonomi di tahun 2023.
Kepala Kantor Perwakilan Provinsi Gorontalo menyampaikan terkait perekonomian Gorontalo sepanjang tahun 2022, outlook ekonomi 2023, serta tinjauan sumber pertumbuhan ekonomi baru.
“Tahun 2022 yang diprediksi akan menjadi tahun pemulihan ekonomi global ternyata tidak berjalan mulus, seiring dengan adanya invasi Rusia ke Ukraina,” ungkap Rony Widjiarto Purubaskoro.
Menurutnya, konflik dua negara itu mengakibatkan terjadinya gangguan rantai pasok pangan serta mendorong inflasi di beberapa negara, hingga melonjak di luar kelaziman. Ke depan di tahun 2023, inflasi dan gangguan rantai pasok pangan masih akan menjadi tantangan dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi global.
Meski demikian, perekonomian Gorontalo terus mengalami pertumbuhan. Hingga triwulan III 2022, pertumbuhan ekonomi Gorontalo telah tumbuh sebesar 4,07% (c-t-c). Membaiknya pertumbuhan ekonomi hingga triwulan III 2022 seiring pemulihan pada Lapangan Usaha utama seperti Pertanian, Perdagangan Besar dan Eceran, Konstruksi, serta Transportasi pada sisi penawaran.
Di sisi pengeluaran, Konsumsi Rumah Tangga masih konsisten menjadi sektor penopang pemulihan ekonomi yang menunjukkan membaiknya permintaan masyarakat.
“Sektor pertanian dan pertambangan memiliki prospek yang baik, untuk dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi,”ujar Rony.
Oleh karena itu, perlu adanya program intensifikasi lahan guna meningkatkan produktivitas serta pembangunan industri hilirisasi pangan dalam rangka menambah nilai jual.
Sektor pertambangan sendiri dinilai dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru. Tercatat, konstruksi sektor pertambangan di Kabupaten Pohuwato memiliki nilai investasi sebesar Rp156 miliar (2021-Sep 2022), dengan serapan tenaga kerja sebanyak 685 orang.

“Dengan potensi pertambangan yang cukup menjanjikan, diperlukan upaya untuk menjaga kesinambungan sektor pertambangan terhadap pembangunan. Selain itu, diperlukan usaha untuk menjaga momentum kontribusi sektor pertambangan terhadap perekonomian, agar tetap optimal dan tidak hanya berhenti pada fase konstruksi,” terangnya.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang tumbuh, inflasi juga menunjukkan peningkatan. Sepanjang tahun 2022. Tekanan inflasi tahunan Gorontalo tercatat sebesar 5,16% (yoy). Meski meningkat, namun angka tersebut lebih rendah dari capaian nasional dan kawasan Sulampua (Sulawesi, Maluku, dan Papua).
“Dalam rangka meningkatkan akselerasi pertumbuhan ekonomi serta menjaga inflasi, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota diharapkan dapat meningkatkan realisasi dan penyerapan anggaran fiskal daerah,” harap Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Gorontalo, Sutan Rusdi (*as/rls)