GM – Kota Gorontalo – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo mencatat, inflasi tahunan di Gorontalo November 2022 ini terhadap November 2021, sebesar 5,41 persen. Lebih tinggi dibanding nilai inflasi pada periode yang sama tahun 2021.
Dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) seperti bensin di Indonesia pada September 2022 lalu, masih sangat berpengaruh terhadap laju inflasi tahunan atau Year on Year (yoy) di Gorontalo.
“Kota Gorontalo mengalami inflasi year on year sebesar 5,41 persen. Memang terlihat tinggi ya, karena kita memang membandingkan inflasi year on year dengan tahun lalu. Sehingga hal itu wajar,” terang Kepala BPS Provinsi Gorontalo.

“Tapi year on year (inflasi, red) ini pun lebih rendah dari nasional,” tegas Mukhamad Mukhanif.
Hanief menambahkan, inflasi bulanan yang menunjukan pengendalian harga di Gorontalo, justeru mengalami deflasi. Secara umum harga-harga kebutuhan masyarakat di Kota Gorontalo mengalami penurunan.
“Inflasi bulanan untuk November 2022, cukup bagus menurut saya, deflasi sebesar 0,05 persen,” ungkapnya.
Masih menurut Hanief, deflasi yang terjadi pada perkembagan harga di bulan November itu diperlukan, mana kala secara tahunan atau year on year, Gorontalo mengalami inflasi. Ini menunjukan, di tengah dampak kenaikan BBM, ternyata tidak serta merta mempengaruhi kenaikan seluruh harga bahan kebutuhan masyarakat.

“Second around effect (efek kedua), efek pertama kan transportasi. Begitu bensin naik biaya transportasi seperti bentor dan ojol ikut naik. Second aroud-nya itu biasanya komoditas, tetapi kali ini tidak (tidak serta merta harganya naik, red),” jelasnya.
Dibandingkan dengan inflasi di beberapa kota besar di Sulawesi, inflasi year on year di Gorontalo berada di urutan keempat terendah, setelah Mamuju, Bulukumba dan Manado.(*as)