GM – Kota Gorontalo – Di tengah masyarakat Gorontalo memperingati hari jadinya ke-22 tahun dengan suka cita, rasanya tidak demikian bagi para petani. Empat bulan berturut-turut Nilai Tukar Petani (NTP) terus turun mendekati 100. Jika NTP menjadi takaran tingkat kesejahteraan petani ataun pun tigkat daya beli masyarakat pedesaan, maka tingkat kesejahteraanya dan daya beli mereka terus turun.
Naiknya biaya transportasi menyusul pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), dianggap menjadi salah satu komponen penyebab NTP merosot. Pasalnya biaya distribusi hasil pertanian meningkat, dan akan mengurangi keuntungan para petani. Sementara harga komoditas pertanian di tingkat petani masih dibilang rendah.
Selain soal harga distribusi yang dikeluarkan lebih banyak, kenaikan harga benih dan pupuk dituding menjadi biang kerok biaya produksi petani jauh lebih tinggi.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo mencatat, dan merilisnya dalam tabel Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM), dalam kurun waktu Oktober-November 2022, pada sub-sektor tanaman pangan, hampir semua komponen produksi pertanian naik. Antara lain harga bibit naik 1,67%, pupuk dan pestisida naik sebesar 0,17%, sedangkan komponen transportasi dan komunikasi naik senilai 0,11%.

“Kenaikan harga bibit pada tanaman pangan cukup tinggi dibanding komponen lain,” ujar Mukhamad Mukhanif, sembari menujukan tabel persentase perubahan harga komponen pertanian di setiap subsektor pertanian.
Dilihat dari BPPBM petani di Gorontalo sesuai dengan subsektor pertanian, dari sektor tanaman pangan, hartikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, serta perikanan khususnya budidaya, secara umum bibit mengalami kenaikan harga sebesar 1%, dalam kurun waktu satu bulan terakhir.(*as)
