GM – Bone Bolango – Tumbilotohe bagi Bupati Bone Bolango Hamim Pou, sebagai tradisi yang telah berusia ratusan tahun di Gorontalo. Tradisi itupun baginya syarat makna.
Salah makna yang terkandung adalah, bagaimana masyarakat Gorontalo yang mayoritas muslim tersebut, berupaya menyambut datangnya malam Lailatul Qodar. Di mana mereka menyakini malam itu jatuh pada tanggal 27 Ramadan. Selain itu sebagai simbul kemenangan dan kembali fitri.
Malam pasang lampu, dimulai sejak tiga hari sebelum Idul Fitri atau 27 Ramadan. Hingga satu malam sebelum hari kemenangan setelah satu bulan penuh berpuasa.
Ia menerangkan, sejak ratusan tahun lalu, jika ingin pergi salat, warga Gorontalo menyalahkan lampu minyak di halaman rumah, di jalanan, maupun di depan masjid sebagai penerangan.

“Kan dulu belum ada listrik, oleh karena itu orang jaman dahulu menyalakan lampu minyak untuk memandu umat muslim ke masjid dengan lampu-lampu yang ada di jalan,” jelasnya.
Meski saat ini di jalan-jalan lenih dominan lampu listrik dari pada lampu botol, menurut Hamim hal itu merupakan salah satu bentuk moderenisasi. Di mana masyarakat lebih mudah menggunakan lampu listrik dari pada lampu tradisional. Selain itu akan lebih murah jika dibandingkan menggunakan minyak tanah.
Melihat fenomena tersebut, Hamim berharap dan yakin, tradisi tersebut malam pasang lampu akan lekang oleh waktu, tidak akan mati. Walaupun harga minyak tanah saat ini Rp35.000 per liter.
“Tapi apapun bentuknya (Jenis lampu yang digunakan, Red) bahwa malam Lailatul Qadar adalah malam yang sangat mulia,” kata dia.(*as)